Rabu, 30 Maret 2011

Pendidikan Kesehatan

Pendidikan Kesehatan
a. Definisi pendidikan kesehatan
Pendidikan tidak lepas dari proses belajar, dan faktor-faktor manusia yang berperan dalam proses belajar adalah kematangan, pengetahuan dan motivasi. Menurut Notoadmodjo (2003), pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan.
Menurut Azwar cit Machfoedz (2006), pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan, masyarakat, dan bangsa.
b. Tujuan pendidikan kesehatan
Untuk mengubah pemahaman perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat. Menurut Machfoedz (2006) cit Azwar (1983: 18), membagi menjadi 3 macam, yaitu:
1).Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat sehingga kader kesehatan mempunyai tanggung jawab didalam penyuluhannya mengarahkan cara hidup sehat menjadi kebiasaan masyarakat sehari-hari.
2) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun kelompok, dalam hal ini pelayanan kesehatan dasar diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat dalam bentuk yang nyata contohnya adalah posyandu.
3) Mendorong perkembangan dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat.
  1. Batasan pendidikan kesehatan
Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni: input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan); proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain); output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).
Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondusif ke perilaku yang kondusif ini mengandung berbagai dimensi berikut ini:
1). Perubahan perilaku
Perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, atau dari perilaku negatif ke perilaku positif.
2). Pembinaan perilaku
Terutama ditujukan kepada perilaku masyarakat yang sudah sehat agar dipertahankan.
3). Pengembangan perilaku
Terutama ditujukan untuk membiasakan hidup sehat bagi anak-anak. Menurut penyebab terbentuknya, pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu :
a) Pendidikan kesehatan dalam faktor predisposisi
Pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesadaran, bentuknya berupa penyuluhan kesehatan.
b) Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor enabling
Ini berupa fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan, maka bentuk pendidikan kesehatannya adalah memberdayakan masyarakat agar mereka mempu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka. Bentuknya seperti polindes, pos obat desa, dan sebagainya.
c) Pendidikan kesehatan dalam faktor “reenforcing”
Bentuk pendidikan kesehatan adalah dalam bentuk pelatihan bagi toga, toma, dan petugas kesehatan sendiri (Notoadmodjo, 2003)
  1. Ruang lingkup pendidikan kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu:
1). Berdasarkan aspek kesehatan, dikelompokkan menjadi:
a) Pendidikan kesehatan pada aspek promotif,sasarannya adalah kelompok orang sehat. Derajat kesehatannya adalah dinamis oleh karena itu meskipun seseorang telah dalam kondisi sehat tetapi perlu ditingkatkan dan dibina lagi kesehatannya.
b) Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan, dan ini mencakup tiga upaya atau kegiatan yaitu :
(1) Pencegahan tingkat pertama (primary prevention),sasarannya adalah kelompok masyarakat yang beresiko tinggi (high risk). Misalnya: kelompok ibu hamil, para pekerja seks, dan sebagainya. Tujuannya agar tidak terkena penyakit.
(2) Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention), sasarannya adalah para penderita penyakit kronis. Misalnya: asma, diabetes militus, dan sebagainya. Tujuannya agar penderita mampu mencegah penyakitnya menjadi tidak parah.
(3) Pencegahan tingkat tiga (tertiary prevention),sasaranya adalah kelompok pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuannya agar mereka segera pulih kembali kesehatannya.
2). Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaannya
Pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat, dan dikelompokkan menjadi: pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga), pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja, pendidikan di tempat-tempat umum.
3). Berdasarkan Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan
Dimensi tingkat pelayanan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan dari Leavel dan Clark, sebagai berikut :
a) Promosi kesehatan (health promotion), Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dengan peningkatan gizi, kebiasaan hidup sehat dan sebagainya.
b) Perlindungan khusus (specific protection), Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama di negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi.
c) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment). Dikarenakan rendahnya pengetahauan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan maka sering sulit mendeteksi penyakit yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.
d) Pembatasan cacat (disability limitation). Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit maka sering tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas sehingga dapat mengakibatkan orang bersangkutan cacat.
e) Rehabilitasi (rehabilitation), setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang orang menjadi cacat sehingga diperlukan latihan tertentu. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang malu untuk kembali ke masyarakat dan masyarakat tidak mau menerima mereka (Notoadmodjo, 2003).
  1. Metode pendidikan kesehatan
Metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga, yaitu:
1). Metode pendidikan individual (perorangan), bentuk pendekatannya, antara lain :
a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling), dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Akhirnya klien tersebut berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b) Wawancara (interview), wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.
2). Metode pendidikan kelompok, metode ini dibagi menjadi dua:
a) Kelompok besar, apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang metode yang digunakan ceramah dan seminar.
b) Kelompok kecil, apabila peserta kurang dari 15 orang, metode yang digunakan adalah diskusi, curah pendapat(brain storming), kelompok kecil (buzz group),memainkan peran (role play).
3). Metode pendidikan massa
Metode pendidikan (pendekatan) cocok untuk mengkomunikasikan pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat dan bersifat umum. Pada umumnya bentuk pendekatannya tidak langsung, metode yang cocok adalah: ceramah umum (public speaking), pidato atau diskusi melalui media elektronik, tulisan di majalah atau koran, dan sebagainya.
(Notoadmodjo, 2003)
f. Langkah – langkah pendidikan kesehatan
Menurut Machfoedz, 2006 langkah-langkah pelaksanaan pendidikan kesehatan berlangsung berdasarkan urutan:
1). Perencanaan, adalah suatu hal yang amat penting sukses tidaknya suatu langkah kegiatan sangat tergantung bagus dan tidaknya program. Langkah-langkah pembuatan perencanaan adalah :
a) Pengumpulan data, mengolah, menyajikan, serta menginter-pretasikan demikian rupa sehingga menjadi jelas.
Data yang diperlukan disini adalah pertama data yang memberikan gambaran tentang masalah kesehatan. Kedua adalah data yang memberi gambaran mengenai organisasi pelaksana. Data yang dapat memberikan gambaran masalah kesehatan seperti halnya:
(1).Data geografis, yakni luas wilayah, batas wilayah, keadaan iklim, keadaan tanah, mengenai sungai, danau, gunung, dan sebagainya.
(2).Data pemerintah, yakni struktur pemerintahan, personalia dan hak serta kewajibannya.
(3).Data penduduk, misalnya jumlah penyebaran, jenis kelamin, angka kelahiran, angka kesuburan, angka kematian, angka harapan hidup. Ini penting untuk mengukur bentuk penyakit dan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kesehatan.
(4).Data mata pencaharian dan pendapatan, misalnya pekerjaan, tingkat penghasilan dan pengeluaran.
(5).Data sosial budaya, seperti kebiasaan hidup, norma, pendangan masyarakat, anjuran dan pantangan.
(6).Data pendidikan, yakni tingkat pendidikan, sarana pendidikan yang ada.
(7).Data status kesehatan, lingkungan dan kegiatan sarana kesehatan, seperti angka kematian, angka kematian bayi, angka kematian ibu, dan lain-lain.
b) Menetapkan prioritas masalah kesehatan yang perlu segera ditanggulangi. Yang sering dilakukan adalah pertama menggunakan scoring, diantaranya menggunakan parameter seperti berat ringannya masalah, jumlah masyarakat yang terkena, kenaikan angka penyakit, rasa prihatin masyarakat terhadap masalah, sumber yang tersedia. Yang kedua menggunakan nomincal group technique (nonscoring). Menggunakan delphi techniquemaksudnya permasalahan diperoleh dari kesepakatan dari sekelompok orang yang sama keahliannya untuk masalah yang sedang dibicarakan. Delbeg techniquemaksudnya pemasalahan ditentukan oleh sekelompok masyarakat yang tidak sama pengetahuannya tentang pokok persoalan yang dibicarakan tapi sebelumnya dijelaskan dulu tentang masalah yang sedang dibicarakan.
c) Rencana kerja, ialah menetapkan berbagai cara jalan keluar, langkah-langkah apa dan bagaimana untuk mengatasi prioritas masalah tersebut. Rencana kerja harus tercantum antara lain: tujuan pendidikan kesehatan yang ingin dicapai, metode pendidikan kesehatan yang akan digunakan, materi pendidikan kesehatan yang akan disampaikan.
d) Menyusun rencana terpadu atau memadukan rencana pendidikan kesehatan dengan seluruh program kerja yang akan dilakukan.
2). Penilaian, yang harus dicantumkan adalah:
a) Penetapan tujuan penilaian, perilaku kesehatan sejauh mana yang akan dinilai sebagai hasil perubahan perilaku sehat yang dikehendaki.
b) Penetapan waktu melakukan penilaian, dilaksanakan saat kapan program sedang berjalan bila ada kekurangan segera dapat diperbaharui ini disebut penilaian promotif. Penilaian sumatif yakni dilaksanakan setelah waktu program berakhir.
c) Penetapan instrumen yang digunakan untuk penilaian bisa berupa wawancara, pemeriksaan terhadap instrumen yang diguunakan, pengamatan dan peran serta.
d) Menetapkan cara menarik kesimpulan dari hasil yang dicapai.
e) Penetapan ruang lingkup yang akan dinilai.
f) Penetapan ukuran yang dicapai dalam menetapkan hasil program.
g. Alat bantu pendidikan kesehatan
Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Alat ini lebih sering disebut sebagai alat peraga, karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran.
Faedah alat bantu pendidikan kesehatan adalah :
1). Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2). Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3). Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman.
4). Merangsang sasaran pedidikan untuk meneruskan pesan-pesan kesehatan
5). Mempermudah menyampaikan bahan pendidikan atau informasi oleh pendidik atau pelaku kesehatan.
6). Mempermudah penerimaan informasi oleh sasarn pendidik.
7). Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberiakn pengertian yang lebih baik.
8). Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
Macam-macam alat bantu pendidikan
1). Alat bantu lihat (visual aids), alat ini berguna membantu menstimulasikan indra mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan.
2). Alat-alat bantu dengar (audio aids), ialah alat yang dapat membantu menstimulasikan indra pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan atau pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita suara dan sebagainya.
3). Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids), alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan AVA (Audio Visual Aids) seperti televisi dan video cassete.
Disamping pembagian tersebut alat peraga juga dapat dibedakan menjadi dua macam menurut pembuatannya dan penggunaannya.
1). Alat peraga yang rumit (complicate), seperti film, film strip slide dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.
2). Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri, dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh.misalnya di rumah tangga seperti leaflet, model buku bergambar benda-benda yang nyata. Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah, seperti papan pengumuman, poster, leaflet, buku cerita dan sebagainya. Di masyarakat umum seperti poster spanduk, leaflet dan sebagainya (Notoadmodjo, 2003).

Selasa, 04 Januari 2011

Diagnosa Keperawatan NANDA 2010-2011

2009-2011 NURSING DIAGNOSES
ORGANIZED ACCORDING TO A NURSING FOCUS
BY DOENGES/MOORHOUSE DIAGNOSTIC DIVISIONS

ACTIVITY/REST—Ability to engage in necessary/desired activities of life (work and leisure) and to obtain adequate sleep/rest
Activity Intolerance
Activity Intolerance, risk for
*Activity Planning, ineffective
Disuse Syndrome, risk for
Diversional Activity, deficient
Fatigue
Insomnia
Lifestyle, sedentary
Mobility, impaired bed
Mobility, impaired wheelchair
Sleep, readiness for enhanced
Sleep Deprivation
+Sleep Pattern, disturbed
Transfer Ability, impaired
Walking, impaired

CIRCULATION—Ability to transport oxygen and nutrients necessary to meet cellular needs
Autonomic Dysreflexia
Autonomic Dysreflexia, risk for
*Bleeding, risk for
Cardiac Output, decreased
Intracranial Adaptive Capacity, decreased
*Perfusion, ineffective peripheral tissue
*Perfusion, risk for decreased cardiac tissue
*Perfusion, risk for ineffective cerebral tissue
*Perfusion, risk for ineffective gastrointestinal
*Perfusion, risk for ineffective renal
*Shock, risk for

EGO INTEGRITY
—Ability to develop and use skills and behaviors to integrate and manage life experiences
Anxiety [specify level]
Anxiety, death
Behavior, risk-prone health
Body Image, disturbed
Conflict, decisional (specify)
+Coping, defensive
Coping, ineffective
Coping, readiness for enhanced
Decision Making, readiness for enhanced
Denial, ineffective
Dignity, risk for compromised human
Distress, moral
Energy Field, disturbed
Fear
Grieving
Grieving, complicated
Grieving, risk for complicated
Hope, readiness for enhanced
Hopelessness
+Identity, disturbed personal
Post-Trauma Syndrome
Post-Trauma Syndrome, risk for
Power, readiness for enhanced
Powerlessness
Powerlessness, risk for
Rape-Trauma Syndrome
[Rape-Trauma Syndrome: compound reaction-retired 2009]
[Rape-Trauma Syndrome: silent reaction-retired 2009]
*Relationships, readiness for enhanced
Religiosity, impaired
Religiosity, ready for enhanced
Religiosity, risk for impaired
Relocation Stress Syndrome
Relocation Stress Syndrome, risk for
*Resilience, impaired individual
*Resilience, readiness for enhanced
*Resilience, risk for compromised
Self-Concept, readiness for enhanced
+Self-Esteem, chronic low
Self-Esteem, situational low
Self-Esteem, risk for situational low
Sorrow, chronic
Spiritual Distress
Spiritual Distress, risk for
Spiritual Well-Being, readiness for enhanced

ELIMINATION—Ability to excrete waste products
Bowel Incontinence
Constipation
Constipation, perceived
Constipation, risk for
Diarrhea
*Motility, dysfunctional gastrointestinal
*Motility, risk for dysfunctional gastrointestinal
Urinary Elimination, impaired
Urinary Elimination, readiness for enhanced
Urinary Incontinence, functional
Urinary Incontinence, overflow
Urinary Incontinence, reflex
Urinary Incontinence, risk for urge
Urinary Incontinence, stress
[Urinary Incontinence, total-retired 2009]
Urinary Incontinence, urge
Urinary Retention [acute/chronic]

FOOD/FLUID—Ability to maintain intake of and utilize nutrients and liquids to meet physiological needs
Breastfeeding, effective
Breastfeeding, ineffective
Breastfeeding, interrupted
Dentition, impaired
*Electrolyte Imbalance, risk for
Failure to Thrive, adult
Feeding Pattern, ineffective infant
Fluid Balance, readiness for enhanced
[Fluid Volume, deficient hyper/hypotonic]
Fluid Volume, deficient [isotonic]
Fluid Volume, excess
Fluid Volume, risk for deficient
+Fluid Volume, risk for imbalanced
Glucose, risk for unstable blood
+Liver Function, risk for impaired
Nausea
Nutrition: less than body requirements, imbalanced
Nutrition: more than body requirements, imbalanced
Nutrition: risk for more than body requirements, imbalanced
Nutrition, readiness for enhanced
Oral Mucous Membrane, impaired
Swallowing, impaired

HYGIENE—Ability to perform activities of daily living
Self-Care, readiness for enhanced
Self-Care Deficit, bathing
Self-Care Deficit, dressing
Self-Care Deficit, feeding
Self-Care Deficit, toileting
*Neglect, self

NEUROSENSORY—Ability to perceive, integrate, and respond to internal and external cues
Confusion, acute
Confusion, risk for acute
Confusion, chronic
Infant Behavior, disorganized
Infant Behavior, readiness for enhanced organized
Infant Behavior, risk for disorganized
Memory, impaired
Neglect, unilateral
Peripheral Neurovascular Dysfunction, risk for
Sensory Perception, disturbed (specify: visual, auditory, kinesthetic, gustatory, tactile, olfactory)
Stress Overload
[Thought Processes, disturbed-retired 2009]

PAIN/DISCOMFORT—Ability to control internal/external environment to maintain comfort
*Comfort, impaired
Comfort, readiness for enhanced
Pain, acute
Pain, chronic

RESPIRATION—Ability to provide and use oxygen to meet physiological needs
Airway Clearance, ineffective
Aspiration, risk for
Breathing Pattern, ineffective
Gas Exchange, impaired
Ventilation, impaired spontaneous
Ventilatory Weaning Response, dysfunctional

SAFETY—Ability to provide safe, growth-promoting environment
Allergy Response, latex
Allergy Response, risk for latex
Body Temperature, risk for imbalanced
Contamination
Contamination, risk for
Death Syndrome, risk for sudden infant
Environmental Interpretation Syndrome, impaired
Falls, risk for
Health Maintenance, ineffective
Home Maintenance, impaired
Hyperthermia
Hypothermia
Immunization Status, readiness for enhanced
Infection, risk for
Injury, risk for
Injury, risk for perioperative positioning
*Jaundice, neonatal
*Maternal/Fetal Dyad, risk for disturbed
Mobility, impaired physical
Poisoning, risk for
Protection, ineffective
Self-Mutilation
Self-Mutilation, risk for
Skin Integrity, impaired
Skin Integrity, risk for impaired
Suffocation, risk for
Suicide, risk for
Surgical Recovery, delayed
Thermoregulation, ineffective
Tissue Integrity, impaired
Trauma, risk for
*Trauma, risk for vascular
Violence, [actual/] risk for other-directed
Violence, [actual/] risk for self-directed
Wandering [specify sporadic or continual]

SEXUALITY—[Component of Ego Integrity and Social Interaction] Ability to meet requirements/characteristics of male/female role
*Childbearing Process, readiness for enhanced
Sexual Dysfunction
Sexuality Pattern, ineffective

SOCIAL INTERACTION
—Ability to establish and maintain relationships
Attachment, risk for impaired
Caregiver Role Strain
Caregiver Role Strain, risk for
Communication, impaired verbal
Communication, readiness for enhanced
Conflict, parental role
Coping, ineffective community
Coping, readiness for enhanced community
Coping, compromised family
Coping, disabled family
Coping, readiness for enhanced family
Family Processes, dysfunctional
Family Processes, interrupted
Family Processes, readiness for enhanced
Loneliness, risk for
Parenting, impaired
Parenting, readiness for enhanced
Parenting, risk for impaired
Role Performance, ineffective
Social Interaction, impaired
Social Isolation

TEACHING/LEARNING—Ability to incorporate and use information to achieve healthy lifestyle/optimal wellness
Development, risk for delayed
Growth, risk for disproportionate
Growth and Development, delayed
+Health Behavior, risk-prone
+Health Management, ineffective self
Knowledge, deficient (specify)
Knowledge (specify), readiness for enhanced
Noncompliance [Adherence, ineffective] [specify]
[Therapeutic Regimen Management, effective-retired 2009]
Therapeutic Regimen Management, ineffective
[Therapeutic Regimen Management, ineffective community-retired 2009]
Therapeutic Regimen Management, ineffective family
Therapeutic Regimen Management, readiness for enhanced
* = New diagnoses
+ = Revised diagnoses